Kematian tragis pekerja muda India di balik budaya kerja yang beracun-Blogicakicak.com

Blogicakicak.com-



Jakarta

Kematian tragis seorang karyawan India berusia 26 tahun di sebuah kantor akuntan terkemuka telah memicu perdebatan sengit mengenai budaya kerja dan keselamatan karyawan di lingkungan perusahaan.

Anna Sebastian Pereil, seorang akuntan di Ernst & Young (EY), meninggal pada bulan Juli, empat bulan setelah bergabung dengan perusahaan tersebut. Orangtuanya mengatakan “beban kerja ekstrem” di pekerjaan barunya berdampak buruk pada kesehatannya dan menyebabkan kematiannya.

EY membantah tudingan tersebut, Pereil diberi pekerjaan seperti pegawai lainnya dan tidak percaya beban kerja tersebut bisa merenggut nyawanya.

iklan

Gulir untuk melanjutkan konten.

Kematiannya mempunyai resonansi yang mendalam, sehingga memicu diskusi tentang “budaya kerja yang kuat” yang diusung oleh banyak perusahaan dan perusahaan, etos kerja yang mengutamakan produktivitas, seringkali merugikan keselamatan karyawan.

BBC Dia mengatakan kematian Pereil bukanlah insiden pertama yang menjadikan budaya kerja India menjadi fokus. Pada bulan Oktober tahun lalu, pendiri Infosys Narayana Murthy mengkritik generasi muda India karena harus bekerja 70 jam seminggu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya.

Pada tahun tersebut Pada tahun 2022, Shantanu Deshpande, pendiri Bombay Shaving Co., menyerukan kaum muda untuk berhenti “mengeluh” tentang jam kerja dan menyarankan agar karyawan baru di pekerjaan apa pun harus siap bekerja 18 jam sehari selama empat hingga lima tahun pertama. karir mereka. .

Namun, pakar kesehatan mental dan pembela hak-hak buruh mengatakan tuntutan tersebut tidak adil dan memberikan terlalu banyak tekanan kepada pekerja. Ibu Pereille mengatakan dalam suratnya bahwa putrinya mengalami “kecemasan dan kesulitan tidur” tak lama setelah bergabung dengan EY.

Meninggalnya Anna Sebastien Pereil menjadi pengingat menyedihkan akan pentingnya menjaga keseimbangan antara tuntutan pekerjaan dan kesehatan mental di tempat kerja. Isu ini diharapkan dapat membawa perubahan positif pada budaya kerja di perusahaan-perusahaan di seluruh dunia.

(kna/kna)

Sumber link

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama