Viral antrian beli mainan labubu, dengan sedikit FOMO bisa merusak kesehatan mental.-Blogicakicak.com

Blogicakicak.com-



Jakarta

Demam boneka labubu belakangan ini tengah menghebohkan warganet. Tak hanya anak muda saja, para orang tua pun berlomba-lomba mengunggah boneka monster Labubu ini di media sosialnya.

Popularitas boneka Labubu ini semakin meningkat setelah dikenakan oleh bintang K-pop Lisa BLACKIPINK. Di Indonesia sendiri, demam mainan Labubu sempat memicu antrean panjang di salah satu mall di Jakarta Selatan.

“Orang dewasa antre berjam-jam untuk membeli Labubu hingga berakhir ricuh,” tulis salah satu pengguna X.

iklan

Gulir untuk melanjutkan konten.

FOMO, atau rasa takut ketinggalan, atau dalam bahasa sehari-hari, mengacu pada perasaan atau persepsi bahwa orang lain sedang bersenang-senang, menjalani kehidupan yang lebih baik, atau mengalami hal-hal yang lebih baik daripada mereka.

Tak hanya boneka Labubu, hal-hal viral pun turut mencuri perhatian netizen yang tak mau ketinggalan tren tertentu. Saat Subway, sandwich asal Amerika Serikat pertama kali dibuka di Indonesia, masyarakat rela mengantri panjang untuk mencobanya. Sandwich 'Milk Bun' asal Thailand pun sempat viral dan menggoncang antrian dimana-mana.

Gejala FOMO yang parah bisa berbeda-beda pada setiap individu. Gejala yang mungkin terjadi antara lain perasaan gelisah, cemas berlebihan, kecemasan berlebih, dan peningkatan harga diri, jelas Arnold saat dihubungi Digitalcom soal FOMO di konser Coldplay.

“Ketika seseorang merasa tidak bisa mengikuti tren atau praktik yang sedang viral, Anda boleh khawatir,” lanjutnya.

FOMO bisa dialami oleh semua usia, tidak hanya anak muda saja. Sebuah studi dalam Journal of Psychiatry Research yang dikutip oleh Very Well Mind menemukan bahwa rasa takut ketinggalan ada kaitannya dengan penggunaan ponsel pintar dan media sosial, sebuah hubungan yang tidak bergantung pada usia dan jenis kelamin.

Artikel lain yang diterbitkan di Computers and Human Behavior menemukan beberapa tren terkait FOMO. Rasa takut ketinggalan ditemukan berhubungan dengan rendahnya kepuasan kebutuhan dan rendahnya kepuasan hidup secara keseluruhan.

Studi menunjukkan bahwa FOMO menyebabkan tingkat ketidakpuasan yang tinggi dan berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental, seperti perubahan suasana hati, kesepian, rendahnya harga diri, rendahnya harga diri, tingginya kecemasan sosial, serta perasaan negatif dan depresi.

(dari Na/Suk)

Sumber link

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama