
Jakarta –
Kakek Kong Fook Seng di Singapura akan berusia 70 tahun pada Oktober mendatang. Tapi ginjalnya berumur 98 tahun.
Alasan di baliknya sungguh mengharukan. Dia menerima ginjal dari mendiang ayahnya ketika dia masih berusia 20-an.
“Menerima ginjal dari ayah saya adalah berkah dari Tuhan, dibandingkan dengan berbaring di tempat tidur dan menjalani cuci darah,” kata Kong kepada The Street Times.
iklan
Gulir untuk melanjutkan konten.
Pada tahun 1975, Kong menggambarkan glomerulonefritis kronis sebagai filter mikroskopis ginjal, yang membuang kelebihan cairan dan limbah dari darah. Kong berkata dia sangat lelah dan mudah lelah, bahkan butuh waktu 15 menit untuk berjalan menaiki tangga.
“Bahkan ketika tidur, saya harus duduk, jika tidak maka saya akan sulit bernapas.”
Dr Sobhana Thangaraj, konsultan senior di Singapore General Hospital (SGH) dan SingHealth Duc-Nous Transplant Centre, mengatakan glomerulonefritis kronis berkembang secara diam-diam selama bertahun-tahun dan dapat menyebabkan kerusakan serius, yang mengakibatkan gagal ginjal permanen.
Ginjal Kong akhirnya gagal pada tahun 1980 ketika ia berusia 26 tahun. Dalam lima hingga enam bulan, dialisis peritoneal dilakukan untuk membuang limbah dan cairan ekstra dari pembuluh darah yang melapisi dinding perut.
“Baru pada hari keempat (dialisis) rasa sakitnya semakin parah sehingga saya memerlukan morfin untuk meringankan rasa sakitnya. Saya juga merasa kedinginan, jadi tiga selimut dan sebotol air panas tidak membantu,” kenangnya.
Kong menjalani hemodialisis selama tiga hingga empat bulan ke depan. Dalam proses ini, mesin mengambil darah dari tubuh pasien, menyaringnya melalui ginjal buatan, dan mengembalikan darah bersih ke tubuh.