Pengkhianatan lagi-lagi menjadi virus, betapa buruknya akibat yang ditimbulkan oleh korban yang dikhianati oleh pasangannya-Blogicakicak.com

Blogicakicak.com-



Jakarta

Belakangan ini media sosial kembali dihebohkan dengan isu penipuan selebgram. Seorang selebgram berinisial SSA mengaku suaminya selingkuh saat sedang umrah.

Dalam postingan Instagramnya, ia mengaku terluka dan tak percaya dengan apa yang terjadi, apalagi ia hanya berangkat umrah dalam waktu singkat.

“Ketika kesetiaan dikhianati di momen sakral, perjalanan yang seharusnya mesra malah berujung pada perpisahan. Istri yang berangkat umroh pulang ke rumah dengan luka yang mendalam. ” Ucapnya dalam postingan viralnya.

iklan

Gulir untuk melanjutkan konten.

Selain insiden SSA, seberapa besar kemungkinan orang yang ditipu akan pulih sepenuhnya?

Psikolog klinis Salma Gina Sakinah Safari mengatakan, korban perselingkuhan memiliki peluang kesembuhan lebih tinggi. Namun, perjalanan menuju kesembuhan mungkin tidak mulus dan berliku bagi penderitanya.

Menurut definisinya, pemulihan adalah ketika seseorang mampu menemukan kedamaian, stabilitas, dan terus hidup dengan atau tanpa pasangan. Gina menegaskan, hubungan setiap individu dan setiap orang berbeda-beda sehingga proses pemulihannya sulit diprediksi.

“Hubungan bisa berubah, tapi sebenarnya ada pasangan yang memiliki hubungan lebih kuat setelah mereka menjalin hubungan dan meningkatkan komunikasi dan keintiman mereka,” kata Gina kepada Detikcom beberapa waktu lalu.

Berdasarkan keterangan Gina, psikolog Anastasia Sari Dewey mengatakan, proses pemulihan orang yang ditipu tidaklah mudah. Bahkan, ia menilai orang yang ditipu berisiko besar tidak bisa sembuh 100 persen.

“Saya kira mungkin (sembuh), tapi tidak akan hilang 100 persen seperti orang selingkuh. Kalau dia pernah mengalami situasi yang sama atau melalui situasi yang tidak jelas, pasti ada kecemasan, ketakutan, dan asumsi yang tertinggal di kepalanya. Rekannya,” kata Sari saat dihubungi terpisah.

Saari mengatakan, orang yang pernah diselingkuhi seringkali lebih mungkin mengalami depresi ketika menghadapi situasi yang sama selama menjalin hubungan dibandingkan dengan mereka yang bukan korban.

Menurutnya, seseorang bisa dikatakan sembuh ketika mampu memahami secara utuh peristiwa traumatis tersebut, seperti khayalan bahwa peristiwa itu sudah terjadi di masa lalu dan tidak terjadi saat ini. Dikatakan Sari, proses ini memerlukan pelatihan yang panjang bagi korbannya agar memiliki kestabilan yang baik.

“Ini perlu latihan yang panjang agar tetap tenang menghadapi ketidakpastian lebih lanjut. Jangan sampai diserang manipulasi terus-menerus,” ujarnya.

(avk/naf)

Sumber link

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama