Baper & Gerah Pada Iklan Waspada, It Works on You!

Baper & Gerah Pada Iklan Waspada, It Works on You!
Baper & Gerah Pada Iklan Waspada, It Works on You!

Baru-baru ini, kita dikejutkan oleh iklan visual (TVC, Youtube, dsj) yg relatif "berani" dari salah satu operator telco. Dengan mengusung "kebebasan" maka ekspresi yg tersumpal terbuka. Kejantanan disimbolkan dengan pria gagah berkuda & kebebasan dengan simbol membuka plester kepada ekspresi. Banyak yg bilang, ini sindiran. Tentu, ke operator sebelah sebagai kompetitor kepada lapangan yg sama. Ini sedikit artikel sok tau aku saja, sebagai blogger, bukan ahli komunikasi, pun lulusan komunikasi manapun. Enjoy saja membacanya ya. 

Kita mungkin nanya, mengapa ini dilakukan, & efektifkah?

Iklan, memang tak dapat dengan simpel dibedakan soal ia persuasif atau ia informatif. Semua bercampur. Di ranah perjuangan, memang iklan sebagai salah satu media kenaikan pangkat yg efektif, & tergantung kejelian menunjukkan iklan kepada mana. Perkembangan global internet, membangun iklan semakin merambah ke mana-mana dengan bujet yg jua efektif menyasar ke sasaran pasar tertentu yg berselancar kepada global maya juga mereka yg menghabiskan waktu kepada depan televisi. Semua terdapat bagiannya. Semua berlomba membujuk, & menggerus sisi informatif yg sebagai lebih sedikit.

Tapi memang katanya, itu efektif. Bahkan, iklan yg "menyindir". Jika boleh dengan istilah pemasaran politik, (political) attack ads sebagai hal yg wajar. Bahkan studi kepada Wesleyan Univesity, Amerika Serikat jua menyatakan kalau "attack ad" memengaruhi betul kepada mereka yg masih belia, terutama soal iklan kampanye politik. Studi ini jua menarik, alasannya adalah justru mereka nir perkara dengan iklan yg "menyerang" yg nir terpengaruh, sedangkan mereka yg merasa iklan tersebut negatif malah terpengaruh oleh iklan tersebut.

Contoh kepada Dunia Bisnis
Ketika McDonald sebagai market leader dalam soal Burger, para restoran fast food lainnya nir tinggal diam. Membuat iklan yg "menyindir" sebagai bagian seni manajemen yg membuat brand awareness bagi produk baru. Mulai dari Burger King, KFC, hingga Taco Bell membangun seni manajemen "sindiran iklan" hingga kampanye "perang dingin".

Mulai dari iklan media cetak yg membangun gambar yg mencitrakan produk sebelah yg telah sebagai top of mind dengan produk dari si pembuat gambar, hingga bermain semboyan & sindiran ungkap-ungkap kepada media televisi.

DI Indonesia, mungkin yg paling terkenal artinya soal "orang pintar" vs "orang bejo". Di mana Bintangin sebagai produk baru dari Bintang Toedjoe eksklusif menyerang pemimpin pasar, yaitu Tolak Angin Sido Muncul. Jika nir dengan cara "attack ad", mungkin hantaman awal nir akan terjadi. Urusan berhasil atau nir, kita hanya dapat lihat klaim masing-masing pembuat.

Jelas, secara verbal, "Orang bejo lebih laba dari orang pintar" yg diucapkan Butet Kertaradjasa yg dulu artinya endorser Tolak Angin & dipinang Sido Muncul pun sebagai ungkap-ungkap yg menohok pesaing.

Contoh lain, kepada iklan minuman penambah tenaga. Iklan teranyar salah satu produk, yaitu "Laki, bukan Aki-aki" dengan menyindir produk sebelah yg bertagline "Roso" dengan bintang Almarhum Mbah Maridjan. Tagline "Laki" ini jua sebagai andalan counter ad, dikala produk sebelah dengan gencar berpromosi & mencuri perhatian dikala muncul kepada televisi dengan momen "roso".

Di global operator telco, tak jarang sekali, bukan satu dua kali. Kadang secara verbal, kadang secara visual. Biasanya, around the center of big three. Si kuning, Si Merah & Si Biru. Kalau dulu, merah & kuning suka "berantem" & kadang "lebay" contohnya ajakan "perang" atau si merah yg menyampaikan kepada iklan "kapok diboongin anak mini" yg menyindir Si Biru.

Walau demikian, Chief RA alias Rudiantara Menkominfo sekarang, dengan latar belakang telco yg kuat pun permanen mempersilakan alasannya adalah ini terkait dengan "kompetisi".

Iklan teranyar XL yg menyasar netizen dengan hashtag #TapiBukanKamu atau #BahagiaItuGratis memang mempertanyakan layanan kompetitor sebelah. Dengan visual & verbal yg lugas, simbolisasi kuning & merah nampak. Bahkan merah dari operator kepada kelas berbeda pun dapat tampil dengan bermain-main kepada ranah visualisasi-interpretatif.

Sah, Efektif, Berhasil?
Sah, tentu saja. Karena sebagai bagian dari kompetisi & layanan. Sebab yg diusung bukan soal olok-olok semata, tapi memang terdapat unsur "disparitas layanan" & "layanan lebih baik" dari jenis varian kartu baru produk telco yg kerap diinsialkan dengan "Si Biru" ini.

Dengan masifnya perkembangan & pengembangan XL, si kuda hitam ini memang lambat laun menarik perhatian. Tinggal soal delivery layanan yg perlu kita cek tingkat layanannya. Soal produk mahal, ribet, yg tak jarang diasosiasikan dengan Si Merah & Si Kuning (yg belakangan sebenarnya suka warna marun alasannya adalah dibeli oleh perusahaan asing beridentitas korporat itu), sebagai titik lemah yg disasar iklan teranyar ini.

Apalagi, soal barisan sakit hati masyarakat penguna layanan sempat terbalaskan dengan situs ke 2 telco kelas berat yg sempat down kepada-crack oleh peretas.

Bagaimana kelanjutan iklan mirip ini? Menurut aku, akan terus berlanjut, & konsumen yg diuntungkan. Karena kepada akhirnya, telco akan berusaha memenuhi apa yg sebagai janji iklannya. Jika nir, orang-orang mirip hackers akan hadir, atau dapat memboikot mirip yg terjadi kepada medsos beberapa waktu kemudian soal pemecatan karyawan Si Kuning alasannya adalah meluapkan referensi politiknya kepada medsos.

Intinya, dengan iklan yg menyindir kompetitor, simpel saja, it works. Juga, memang sebagai bagian seni manajemen yg memicu kreativitas & penemuan dalam melakukan iklan & kepada akhirnya kepada pelayanan & delivery produk itu nantinya.

Etika & Awareness
Urusan etika, jikalau Anda melihat ini nir beretika & seterusnya, mungkin dapat merujuk ke beberapa panduan etika periklanan baik internasional juga nasional. Misalnya, Etika Pariwara Indonesia (EPI). Pelanggaran atau nir, sudut etika memang bukan sudut hukum. Asal dalam koridor yg kondusif. Mungkin jua, masih dalam toleransi EPI. Nah, jangan-jangan, Anda yg baper & gerah dengan "attack ads" & tanpa sadar, mirip studi yg dikutip kepada atas, justru Anda yg paling terpengaruh oleh iklan tersebut.

Ini, membangun opini, membangun lawan dari brand yg telah mapan, mungkin, dapat menang, mungkin jua, nir. Tapi bagi brand baru, ini awareness yg pas. Bagi brand yg sedang merangkak & jadi kuda hitam, ini jua tunggangan yg cocok. Bagi Anda yg menonton & kemudian mengarah buat berpihak, baik pihak pro juga pihak kontra, maka, Anda most likely pihak yg akan terpengaruh!

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama